Oknum TNI diduga terlibat dalam peristiwa tewasnya Pendeta Yeremia Zanambani di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya pada 19 September 2020 lalu.
Menanggapi hal itu, anggota Komisi I DPR RI Fraksi PPP Syaifullah Tamliha mengatakan akan
menanyakan kebenaran hal tersebut kepada Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
Pertanyaan itu akan disampaikan ketika masa sidang yang akan datang sudah dibuka kembali. Untuk
diketahui, DPR RI saat ini tengah berada dalam masa reses.
“Nanti akan kami tanyakan dan membahas langsung dengan Panglima TNI pada masa persidangan
mendatang yang akan dibuka tanggal 8 November 2020,” ujar Syaifullah, ketika dihubungi
Senada dengan Syaifullah, anggota Komisi I DPR RI Fraksi Golkar Christina Aryani mengaku belum
bisa berkomentar banyak terkait kasus yang diduga melibatkan oknum TNI tersebut.
Menurut Christina, informasi yang ada terkesan masih simpang siur.
Namun demikian, dia memastikan kasus tersebut menjadi perhatian Komisi I DPR RI. Karenanya, Christina akan menanyakan hal tersebut pula kepada Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.
“Saya akan berkomentar setelah membaca laporan TGPF, karena beritanya sekarang masih simpang
siur,” kata Christina.
“Akan kami tanyakan kepada Panglima TNI di rapat kerja pertama. Yang pasti kejadian ini menjadi
perhatian kami,” imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, Tim Kemanusiaan Untuk Intan Jaya mengungkap sosok oknum aparat yang
diduga terlibat dalam tewasnya Pendeta Yeremia Zanambani di Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya pada 19 September 2020 lalu.
Aktivis HAM yang juga Pendiri Kantor Hukum dan HAM Lokataru Foundation Haris Azhar dan merupakan
bagian dari tim tersebut mengungkapkan oknum aparat tersebut diduga bernama Alpius.
Alpius disebut merupakan anggota TNI personel Koramil setempat di dalam laporan yang telah
disusun Haris bersama tim yang diantaranya terdiri dari jurnalis, masyarakat, dan pendeta itu.
Di mata istri korban, Alpius sudah dianggap seperti anak sendiri karena kerap menumpang mandi,
makan bersama, atau meminta air untuk merawat kebun yang dikelola Alpius.
“Jadi Alpius ini cukup dikenal dan bahkan dapat julukan dengan tambahan satu marga lokal karena
dia suka ikut ibadah di satu gereja yang banyak dari marga atau keluarga tertentu,” kata Haris
dalam konferensi pers virtual pada Kamis (29/10/2020).
Dugaan Tim Kemanusiaan Untuk Intan Jaya Papua mengarah kepada Alpius bukan tanpa sebab.
Pertama Alpius pernah menyebut nama Pendeta Yeremia dan lima orang lainnya sebagai musuhnya.
Haris mengatakan awalnya ketika itu masyarakat sempat dikumpulkan oleh personel TNI sekira jam
09.00 WIT di lapangan depan kantor Koramil.
Dalam kesempatan itu, kata Haris, Danramil meminta masyarakat mengembalikan senjata yang dirampas pada 17 September 2020 di Sugapa Lama.
Kepada masyarakat, kata Haris, Danramil memberikan waktu dua hari untuk mengembalikan senjata
yang dirampas pada 17 September, dan jika tidak dikembalikan dalam dua hari tersebut, maka akan
dilakukan operasi penumpasan ke warga.
Selain itu, kata Haris, Danramil juga memerintahkan kepada dua orang Pemuda, untuk mencari
Kepala. Suku Moni Melianus Wandagau, di Sugapa Lama.
Setelah itu Alpius, kata Haris, kembali mengumpulkan warga di depan Gereja Imanuel 1 sekitar pukul
12.00 WIT.
Dalam kesempatan itu, kata Haris, Alpius mengungkapkan Pendeta tidak pernah mengajarkan ke jemaat
atau masyarakat untuk membunuh orang tapi mereka membunuh orang.
“Alpius juga mengatakan bahwa ‘Orang-orang atau Masyarakat Hitadipa yang menjadi musuh, lawan dan
perang dengan saya (TNI/Polri) adalah antara lain, Jimi Sani, Pendeta Yeremia Zanambani, Pendeta
Yakobus Maiseni, Ibu Ev Naomi Kobogau/Maiseni, Roni Majau dan Amoli Wandagau’,” kata Haris.
Kedua, kata Haris, ada saksi yang menyatakan Alpius dan seorang anggota TNI mendatangi kandang
babi.
Saksi tersebut menyatakan sempat ada proses dialog antara Alpius dengan Pendeta Yeremia sebelum
Pendeta Yeremia ditemukan istrinya tersungkur dengan mengeluarkan banyak darah di kandang babi.
Darah tersebut diduga berasal dari luka tikam di punggung atas dan dari luka tembak di tangan
kiri atas Yeremia.
Saat itu Pendeta Yeremia yang masih bisa berkomunikasi pun sempat mengungkapkan kalimat yang
mengarahkan kepada dugaan bahwa pelaku yang menyebabkannya mengalami hal tersebut adalah Alpius.
“Pendeta Yeremia masih berkomunikasi dan dalam komunikasi itu kesaksian dari Pak Pendeta kepada
Mama Meriam (istri Yeremia) bahwa ini akibat dari orang yang kita kasih makan, artinya si
Alpius,” kata Haris.
Tidak hanya itu, Haris mengatakan sebelum kejadian Yeremia yang dikenal sebagai sosok yang tegas
sempat menanyakan dua orang warganya yang sempat ditahan oleh aparat dalam semacam razia covid-19 pada 21 April 2020 lalu.
Pasalnya, kata Haris, dua orang warga yang ditahan tersebut belum kembali hingga saat ini.
Hingga sekali waktu, kata Haris, pernah ada pertemuan dari semua stakeholder pemerintah yang ada
di Kabupaten yang dihadiri Bupati, Wakil Bupati, Pimpinan Militer, Pimpinan Polisi di Kabupaten
Intan Jaya.
“Pendeta Yeremia pernah mengatakan bahwa secara tegas, karena dia dikenal juga orang yang tegas
di masyarakat, dia mengatakan bahwa kalau memang kedua orang tersebut sudah meninggal, tolong
beri tahu kepada kami di mana kuburannya biar kami bisa melakukan ibadah duka. Jika memang masih
hidup, tolong tunjukkan kepada kami ada di mana, supaya mereka bisa kembali ke keluarganya,” kata
Haris.
Source: tribunnews.com