Anggota Komisi I DPR, Christina Aryani, mengutuk keras kejadian penculikan dan penganiayaan hingga tewas terhadap warga Bireun, Aceh oleh tiga oknum anggota TNI yang salah satunya merupakan anggota Paspampres.
Christina menegaskan, selain sanksi pemecatan dan hukuman berat untuk pelaku, kejadian ini harus menjadi evaluasi serius bagi TNI terutama menyangkut aspek pembinaan prajurit.
“Mendengar ekspose dari Pomdam Jaya atas kasus ini dengan motifnya pemerasan, sungguh amat kita sesalkan, mengutuknya serta kita sampaikan simpati dan duka cita mendalam untuk keluarga korban. Tindakan yang sama sekali tidak bisa ditolerir. Video yang viral itu sangat tidak manusiawi,” ujar Christina, Selasa (29/8).
Menurut dia, di tengah upaya pimpinan TNI untuk terus mewujudkan TNI manunggal dengan rakyat, TNI dekat dengan rakyat, kejadian seperti ini menurunkan citra TNI. “Gambaran TNI yang selama ini dekat dengan rakyat, humanis dirusakkan dengan kejadian seperti ini. Amat disayangkan,” cetus Christina.
Dia meminta, kejadian ini menjadi evaluasi serius pimpinan TNI sehingga tidak terjadi lagi di kemudian hari. Menurut dia, selain mengawal proses hukum secara transparan, TNI juga perlu melakukan evaluasi internal.
“Kita kawal bersama, sesuai janji Panglima TNI untuk memberi sanksi berat maksimal hukuman mati,” ujarnya.
Namun, kata dia, yang lebih penting lagi adalah aspek pembinaan prajurit agar jadi perhatian serius. Program Bintal jangan dianggap remeh karena menyangkut kualitas prajurit juga.
“Makin bagus dan konsisten pembinaan dilakukan maka institusi TNI nya juga akan semakin baik,” pungkas Christina.